
Jakarta – Bank Indonesia (BI) meluncurkan Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023. Buku tersebut menerangkan tentang taktik pengembangan eksyar sepanjang tahun 2023, serta harapan dan arah kebijakan Bank Indonesia dalam berbagi eksyar di tahun 2024.
Deputi Gubernur BI Juda Agung menyebut keadaan ekonomi dan keuangan syariah pada 2023 meraih saat-saat yang sungguh nyata mengingat RI merupakan salah satu negara dengan penduduk dominan Muslim. Bahkan, menurut State of Global Islamic Economy (SGIE) Report, Indonesia sukses menempati peringkat ketiga di bawah Arab Saudi dan Malaysia.
“Juga dari pariwisata ramah Muslim, kita juga menempati peringkat pertama dari Global Muslim Travel Index tahun 2023,” kata Juda, dalam program Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2024, Senin (26/2/2024).
Juda menyebut prestasi tersebut tidak terlepas dari tugas perbankan syariah yang terus mengalami kenaikan di segi pembiayaan. Pada 2023, perkembangan kredit dan pembiayaan perbankan syariah pada sektor riil berkembang 15,8%.
“Juga kinerja sosial syariah (zakat, infak, sedekah) itu juga berkembang positif. Bahkan inovasi yang kita laksanakan dalam pengembangan instrumen keuangan syariah seperti cashed wakaf linked sukuk itu telah diakui di dunia internasional yang mempunyai imbas nyata kepada Islamic Economic,” ujar Juda.
Meski demikian, Juda menyebut perjalanan Indonesia untuk meraih sentra perekonomian nomor satu masih sungguh panjang. Menurutnya, Indonesia masih dihadapkan pada tantangan untuk mengembangkan buatan dan ketersediaan produk halal di Indonesia.
Lebih lanjut, Juda menyodorkan BI berkomitmen melanjutkan kebijakan pekembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah, untuk mendukung perkembangan ekonomi lewat empat kebijakan utama yakni pengembangan sektor unggulan, penguatan keuangan komersil dan sosial syariah serta pengembangan pasar duit syariah, optimilisasi digitalisasi dan kenaikan literasi.
Peluncuran KEKSI merupakan salah satu upaya BI dalam mendukung harapan Indonesia menjadi sentra ekonomi syariah dan industri halal ternama di dunia. Bukan cuma sekedar laporan, buku ini disebut bisa menjadi tumpuan utama bagi para akademisi, praktisi, dan penggiat ekonomi syariah di seluruh Indonesia.
Di samping itu, Juda menyertakan BI bareng dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan RI (Kemenkeu) dan stakeholder yang lain berusaha untuk mengembangkan literasi ekonomi syariah yang merupakan tanggung jawab bersama.
Senada dengan Juda, Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kemenkeu Arief Wibisono menyampaikan industri keuangan syariah dalam negeri mengalami kenaikan yang signifikan. Bahkan, total aset keuangan syariah pada 2023 meraih Rp 2.452,57 triliun atau berkembang sebesar 6,75%.
Meski sektor perekonomian syariah di Indonesia telah diakui secara global, Arief menyebut takaran keuangan syariah dibandingkan keuangan nasional masih perlu untuk terus ditingkatkan.
“Oleh alasannya merupakan itu, aneka macam upaya mesti dijalankan untuk mendukung kenaikan kapasitas keuangan syariah,” kata Arief.
Sebagai informasi, program launching buku KEKSI 2023 dan pelatihan ShEFO 2024 juga turut didatangi oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen sekaligus Komisaris OJK Friderica Widyasari Dewi.advertorial